ini adalah iklan oleh pihak ketiga
Foto: Wapres Jusuf Kalla (JK) di Acara IDB. (Maikel Jefriando/detikFinance)
JAKARTA - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) diserang informasi hoax dalam isu SARA. Puteri bungsunya pun meluapkan curahan isi hatinya dengan membantah isu hoax tersebut.
Hoax yang menyerang JK muncul di linimasa Twitter. Fitnah itu menyebutkan JK muda sudah anti terhadap warga keturunan.
JK menjelaskan dia memiliki banyak sahabat dari etnis Tionghoa atau keturunannya.
"Di Makassar itu China-China teman saya. Orang teman paling dekat saya China juga, itu Sofjan (Sofjan Wanandi), ke mana pagi, sore, malam, sama saya semua," ujar JK.
Puteri bungsu JK yang bernama Chairani Kalla pun mencurahkan isi hatinya soal isu hoax itu. Chairani menuliskan pengalaman pribadinya dalam akun sosmed Path-nya usai merayakan sukuran ulang tahun JK ke-74, Senin (15/5) kemarin.
Berikut tulisan Chairani Kalla:
Ini ayah saya, yang juga kebetulan Wakil Presiden RI. Orang yang saya paling banggakan di dunia ini. Mungkin sebagian orang yang membaca ini akan berfikir "Ya jelaslah dibanggakan, ya namanya juga ayah sendiri".
Ayah saya adalah sosok pemberani. Ia dikenal sebagai pejabat yang tidak takut pada siapapun. Bahkan sebagian orang menganggapnya terlalu berani dalam bertindak atau berucap. Makanya banyak juga yang tidak suka dengannya karena sikap terlalu beraninya itu. Beliau tidak suka berbasa basi, dan tidak suka pencitraan. Apapun yang menurutnya benar untuk kepentingan negara ini, akan disampaikannya ke publik, tanpa takut akan ada segelintir golongan yang tidak suka kepadanya.
Kalimat-kalimat yang pernah diucapkannya sering dipelintir orang yang tidak menyukainya. Contohnya saat ini Ia sedang banyak diserang oleh fitnah mengenai dirinya yang katanya tidak toleransi terhadap umat beragama. Baru-baru ini yang paling parah adalah ada yang memfitnah dirinya semasa muda pernah membakar gereja.
Astagfirullah, kenapa ada sekelompok orang yang tega membuat membuat berita seperti itu? Justru yang paling menempel di ingatan saya adalah sewaktu timbul kerusuhan pembantaian kaum Tionghoa di Makassar tahun 1997. Ayah saya mempersilahkan rumah kami di Makassar dijadikan tempat persembunyian para tetangga kami yang kebetulan mayoritas orang Tionghoa. Saya saksinya ketika tetangga kami diam-diam masuk bersembunyi di rumah kami karena ketakutan akan diganyang masyarakat.
Beberapa kali saya meminta ayah saya mengklarifikasi fitnah-fitnah yang menerpanya. Karena tidak sedikit yang berani menjapri atau me-mention saya di sosial media yang isinya mencaci maki ayah saya. Tapi Ia cuman tersenyum "Buat apa? Tidak usah lagi kau baca berita-berita palsu itu" katanya. "Alhamdulillah kalau kita difitnah, berarti orang-orang yang memfitnah itu sedang menanam ladang pahala untuk kita panen di akhirat nanti".
Oh iya, betul juga ya. Alhamdulillah. Terima kasih untuk para pemfitnah dan penyebar hoax atas transferan pahalanya untuk ayah saya.
Barakallahu fii umurik Papa, orang yang saya banggakan di dunia ini.