ini adalah iklan oleh pihak ketiga
SILATURAHMI KE KEDIAMAN GUS MUS: Sejumlah dosen muda IAIN yang tergabung dalam Forum Komunikasi Dosen Muda IAIN Pekalongan bersilaturahmi di kediaman KH Mustofa Bisri (Gus Mus) di Rembang. (suaramerdeka.com/Kuswandi)
PEKALONGAN – Sejumlah dosen muda yang tergabung dalam Forum Komunikasi Dosen Muda IAIN Pekalongan mengikuti Program Safari Spiritual-Intelektual dengan tajuk: Silaturrahmi Ulama Nusantara Sebagai Upaya Peningkatan Spiritual dan Intelektual Kaum Pendidik. Program tersebut dilaksanakan dalam bentuk kunjungan sekaligus silaturahmi ke sejumlah Ulama Nusantara. Di antaranya berkunjung ke Pengasuh Ponpes Raudlatuh Tholibin, Leteh, Rembang, KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) dan Pengasuh Ponpes Al Anwar Sarang, Rembang, KH Maimoen Zubair (Mbah Moen), baru-baru ini.
Kunjungan tersebut dalam rangka menggali ilmu bagi dosen muda terhadap ke dua ulama kharismatik tersebut. Kali pertama, mereka berkunjung ke kediaman Gus Mus. Dalam kesempatan tersebut, Gus Mus memberikan banyak nasihat. Di antaranya, sebagai seorang pendidik diminta dapat berdakwah kepada peserta didik dengan cara yang santun dan penuh kasih sayang.
Hal itu sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah. Berdakwah dengan kekerasan, kata dia, sama sekali tidak dibenarkan. Hal itu sebagaimana firman Allah, serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
“Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk,” tutur Gus Mus sebagaimana merujuk Surat an-Nahl 16:125.
Gus Mus menambahkan, bahwa segala sesuatu tidak boleh berlebih-lebihan dalam hal apa pun, karena sifat berlebih-lebihan itu dilarang oleh Allah. Menurutnya, berlebih-lebihan bisa menghilangkan sifat adil dan istiqamah yang mana keduanya merupakan hal sangat dimuliakan oleh Allah.
“Kaum akademisi, mau pun masyarakat pada umumnya harus bersikap bijak dan cerdas dalam menanggapi berita. Karena dengan perkembangan teknologi yang ada sekarang seseorang atau golongan tertentu yang tidak menyukai orang atau golongan lain, semakin mudah menyebarkan berita tidak benar atau yang sering disebut hoax,” tegas Gus Mus.
Untuk menyikapi berita yang belum tentu kebenarannya, lanjut dia, maka dianjurkan untuk bertabayyun dengan cara mengklarifikasi kepada pihak yang bersangkutan. Jika tidak bisa mengklarifikasi, hal yang paling mudah untuk dilakukan adalah dengan tidak menyebarluaskan berita tersebut. Menurutnya, menanyakan kebenaran sebuah berita di media sosial dengan cara share sudah merupakan bentuk penyebarluasan.
Sementara, ketika tiba di Ponpes Al Anwar Sarang, rombongan bisa bertemu langsung dengan KH Maemun Zubair atau Mbah Moen. Mbah Moen berpesan, kaum akademisi diminta dapat menggunakan segenap akal pikiran (berfikir) untuk kemaslahatan dan untuk keselamatan dunia dan akhirat.
“Akal yang sehat akan selalu selaras dengan wahyu, maka jika ada hasil pemikiran yang tidak selaras dengan wahyu bisa dipastikan ada yang salah dengan akalnya,” tutur ulama sepuh itu.
Dalam pertemuan dimaksud, ulama sepuh berusia 92 tahun tersebut juga berpesan untuk menjaga persatuan. Tidak lupa, Mbah Moen juga turut mendoakan IAIN Pekalongan yang baru saja alih status dari STAIN menjadi IAIN, dan diharapkan bisa segera menjadi UIN Pekalongan. Tentu, keilmuan yang diajarkan harus selalu diorientasikan untuk dunia dan akhirat.
Sementara, Moh Nasrudin selaku koordinator program tersebut menjelaskan, kegiatan silaturrahmi ke para tokoh nasional baik itu tokoh akademisi mau pun agama merupakan sebuah kebutuhan bagi pendidik. Hal ini dimaksudkan untuk menambah ilmu dan wawasan dari sumber aslinya yang bisa membuka cakrawala baru dalam berfikir.
“Ilmu yang didapatkan dari tokoh-tokoh yang dikunjungi dapat diamalkan sehingga menjadi ilmu yang bermanfaat untuk banyak pihak, tidak hanya dalam bidang pendidikan, tetapi juga bidang lainnya,” terang Nasrudin.
(SM)