ini adalah iklan oleh pihak ketiga

Sejarah Puyang tuan di pulau dan penyebaran agama di tanah Komering Begini ceritanya || mediatunggal.com

Trip to Curug Nangka Bogor


INSTAGRAM

SHARE

Sejarah Puyang tuan di pulau dan penyebaran agama di tanah Komering Begini ceritanya

yaymin 18-07-2023 || 10:38:00

Foto @komeringokutimur

Sa’id Hamimum Hamim atau sering di sebut oleh masyakat Puyang Tuan Dipulau adalah salah satu Wali Allah pembawa agama Islam di Ogan Komering Ulu Timur sekitar abad ke-16, Sa’id Hamimum Hamim diberi gelar Tuan Di Pulau dikarenakan Makam Tuan Di Pulau berada di tengah-tengah pulau sungai komering, beliau menetap di Sumatera Selatan khususnya di Desa Campang Tiga. Di desa tersebut, beliau berdakwah dan menyebarkan agama Islam,Sa’id hamimum hamim atau puyang Tuan Di Pulau dinamakan masyarakat Campang Tiga Tuan karena tempatnya di Pulau. Puyang Tuan Di Pulau diperintahkan dari tanah suci ke pulau Jawa kemudian merambat-rambat ke Pulau Sumatera Selatan tepatnya di Palembang kemudian merambat ke Komering tepatnya di Campang Tiga.

 

Puyang Sa’id Hamimum Hamim adalah orang keturunan Arab yang mengembangkan dan menyebarkan agama Islam, Selama hidupnya dihabiskan di atas perahu mengembara dari suatu tempat ke tempat lain hingga pada akhirnya menetap di sebuah desa yang berada di Ogan Komering Ulu Timur. Desa-desa di Ogan Komering Ulu Timur yang merupakan tempat persinggahan dan menetap dalam penyebaran agama Islam yakni, Desa Campang Tiga, Desa Ulak Baru, dan Desa Negeri Sakti. Seorang penyebar agama Islam di zaman dahulu diberi keistimewaan oleh Allah SWT, sama halnya dengan Sa’id Hamimum Hamim, yang menurut mitos masyarakat Campang Tiga pada dahulu memiliki keistimewaan lebih dari Allah karena ketaatannya dalam menganut agama Islam sehingga apa yang dimintanya selalu di ijabah oleh Allah Swt. Hal ini dapat dilihat dimana ketika berkelana.

 

Sa’id Hamimum Hamim mampu mendatangkan air dan ikan, awalnya Sa’id Hamimum Hamim mengumpulkan para murid-muridnya untuk minta tolong dibuatkan rakit dari bambu, karena Puyang berkata tengah malam nanti ia mau berlayar. Para murid berkata wahai Puyang apa bisa dirakit ini menghanyut dan apa bisa air naik ke bukit ini. Puyang menjawab diam sajalah kalian yang penting sekarang tolong buatkan saja rakit, dibuatkanlah oleh para murid-murid.3 Kemudian puyang berkata murid-muridku tepat tengah malam nanti saat kalian tidur nyenyak air akan naik ke atas bukit ini dan disaat air sedang naik saya (Puyang) mulai menghilir dengan rakit. Tanpa disadari perkataan Puyang tadi benar adanya, dipagi harinya mereka melihat disekitar rumah penuh dengan ikan, sedangkan air sudah tidak ada lagi.

 

Kemudian sekitar akhir abad ke 16 Sa’id Hamimum Hamim meninggal dan dimakamkan dimakamkan di Desa Negeri Sakti, salah satu desa dimana Sa’id Hamimum Hamim mengembangkan ajaran Islam. Makam Sa’id Hamimum Hamim berdekatan dengan makam istrinya Rubiah Bulan. Mereka yang masih keturunan langsung dari Sa’id Hamimum Hamim disebut Anak Putu (Anak Dalam). Keturunan-keturunan Sa’id Hamimum Hamim dari desa Negeri Sakti diantaranya, Tuan Siak Saidi (Sakarodi), Kai Wali Bungkuk, Penghulu Saworgi, dan Nai Cahya Guna. Dan begitulah cerita Puyang Tuan Dipulau dan kisah penyebaran nya di tanah Komering

Penulis: Muhammad Berlaf & kiyay Ardi 

Tag :
 komering  adatkomering  okutimur  komeringokutimur  

Baca juga :

Related Post


Tinggalkan Komentar Anda