ini adalah iklan oleh pihak ketiga
Dirjen Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Kemenristek Dikti, Ali Ghufron pada rapat kerja Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri (PTN)-Kopertis Jateng dan DIY di Magelang (Foto: ANTARAJATENG.COM/Heru Suyitno)
MAGELANG - Pemerintah tengah menyusun rencana induk pengembangan sumber daya ilmu pengetahuan, teknologi dan pendidikan tinggi, kata Dirjen Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Kemenristek Dikti, Ali Ghufron.
Ali Ghufron di Magelang, Jawa Tengah, Jumat, mengatakan, rencana induk pengembangan sumber daya Iptek Dikti tersebut untuk merancang tenaga apa saja yang dibutuhkan atau diprioritaskan dalam beberapa tahun ke depan.
Ia mengatakan hal tersebut usai menjadi pembicara pada rapat kerja Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri (PTN)-Kopertis Jateng dan DIY di Magelang.
Dicontohkan, pemerintah mempunyai prioritas untuk infrastruktur dan butuh sejumlah insinyur, maka sekarang dihitung insinyur yang terkait dengan infrastruktur. Ada sebanyak 15 jenis insinyur, antara lain teknik sipil, geodesi, dan lain-lain.
"Dihitung sampai 2024 itu berapa kebutuhan untuk masing-masing jenis insinyur, kemudian pemerintah memberikan tugas kepada beberapa universitas untuk mempercepat bisa menghasilkan SDM insinyur ini untuk memenuhi kebutuhan tadi`" katanya.
Oleh karena itu, katanya, ke depan semuanya harus sesuai kebutuhan, bukan perguruan tinggi buka prodi menurut kepercayaannnya sendiri-sendiri.
Ia menuturkan harus ada rencana induk program studi, untuk insinyur masih kurang ribuan orang, misalnya teknik elektro saja kurang sekitar 1.000 orang.
Di sisi lain, katanya selama ini guru yang ada lebih banyak normatif, makanya perguruan tinggi dalam menghasilkan guru yang benar-benar produktif, tidak cukup hanya guru normatif atau adaptif.
"Jadi, semua harus terarah, di perguruan tinggi masing-masing harus ada rencana induk pengembangan SDMnya," katanya.
Ia menuturkan jangan sampai perguruan tinggi mengirim dosen beasiswa ke luar negeri, tetapi setelah sekolah ilmunya di sini tidak cocok atau tidak dibutuhkan. Di luar negeri bisa saja dia hanya membantu profesor di sana meneliti sesuatu yang masih dipakai 20 tahun atau 100 tahun lagi," katanya.
Ia mengatakan dosen itu memiliki tanggung jawab untuk mentransformasikan ilmu pengetahuan dan teknologi maka harus mengembangkan ilmu pengetahuan, memiliki daya inovasi, meneliti melakukan sesuatu temuan baru kemudian menyebarluaskan dan dihubungkan dengan industri /perusahaan sesuai prioritas pembangunan.
(Ant)