ini adalah iklan oleh pihak ketiga
Karnaval Dugderan, dengan patung hewan imajiner Warak Ngendok, merupakan salah satu daya tarik wisatakan Kota Semarang (Foto: ANTARA/R. REKOTOMO)
SEMARANG - Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan karnaval Dugderan yang menjadi agenda tahunan menyambut bulan puasa bisa mengajarkan toleransi sejak dini.
"Anak-anak telah belajar tentang indahnya kebersamaan dalam keberagaman melalui Dugderan," katanya di sela Pawai Karnaval Budaya Dugderan di Semarang, Rabu.
Pada tahun ini, karnaval Dugderan digelar dua kali, yakni pada hari Rabu (24/5) yang diikuti siswa-siswa sekolah mulai jenjang taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), hingga sekolah menengah pertama (SMP).
Berikutnya, karnaval yang digelar pada hari Kamis (25/5) yang diikuti siswa-siswi sekolah menengah atas (SMA) sederajat, organisasi kemasyarakatan, kepemudaan, perhotelan, dan berbagai komunitas.
Karnaval Dugderan kedua merupakan inti yang diisi dengan tradisi penyerahan dan pengumuman suhuf halakah dari ulama, serta pembunyian bedug dan suara meriam penanda datangnya bulan puasa.
Untuk karnaval pertama, Hendi--sapaan akrab Hendrar Prihadi--mengingatkan keberagaman yang harus disikapi dengan toleransi sangat penting untuk diajarkan sejak dini kepada anak-anak.
"Simbol-simbol keberagaman yang tampak cantik dan indah merupakan modal kekuatan bangsa," katanya.
Dengan adanya semangat toleransi dan menghormati perbedaan yang terus ditanamkan, lanjut dia, akan menjadi sebuah kebiasaan yang diingat anak-anak ini hingga mereka dewasa nantinya.
Orang nomor satu di Kota Semarang itu juga berharap anak-anak yang menjadi generasi penerus bisa "nguri-nguri" kebudayaan leluhur yang memiliki kandungan nilai luhur bangsa.
Dalam balutan berbagai pakaian adat, termasuk ornamen-ornamen khas Semarang, seperti warak ngendok, seluruh anak-anak peserta karnaval itu saling berbaur satu sama lain.
Seluruh sekolah pun mengirimkan pesertanya untuk berpartisipasi, baik sekolah Islam, sekolah umum maupun sekolah non-Islam, seperti SMP Terang Bangsa, SMP Tri Tunggal, dan SD Kanisius Semarang.
Dari Lapangan Simpang Lima, arak-arakan yang menampilkan aneka ragam seni, seperti pasukan warak hingga tarian kera ekor panjang berjalan sampai Taman Menteri Supeno atau Taman Keluarga Berencana (KB).
(Ant)